Minggu, 28 Agustus 2011

Bekal Band Daerah, Sebelum Ke Jakarta

Share
Suatu hari, seorang musisi daerah yang pindah ke Jakarta bertanya kepada saya, “apa yang harus saya lakukan pertama kali untuk bisa masuk ke industri musik?” – jujur saja, ini bukan pertanyaan pertama dari musisi daerah. Saya sudah mendengarnya sejak berkiprah di industri musik. Saya memang melihat semangat, antusiasme, kegairahan, dan nafsu yang menggebu-gebu ketika pertama berdialog. Sejuta keyakinan juga disemburkan, akan tahan dengan semua “kegilaan” yang terjadi di dalamnya. Maklumlah, sejuta mimpi sudah kadung digantungkan.

Saya tidak mengatakan harapan itu salah, justru harapan itulah yang saya yakin membuat mereka-mereka itu berani [kadang-kadang nekat] pindah ke Jakarta dan mencoba meraih mimpinya. Sayangnya, banyak “bekal” elementer yang sering dilupakan oleh mereka. Hanya mengandalkan keberuntungan tentu bukan hal yang bijak dilakukan. Bahwa banyak musisi atau band daerah yang sukses, itu betul. Tapi jangan salah, tidak ada yang instant. Tidak ada musisi “alakazam” dan semuanya tiba-tiba terbentang di depan mata.

Dari pengamatan, pengalaman dan benang merah yang saya rangkum dari banyak daerah. Ada beberapa kelemahan mendasar yang tidak mereka perhitungkan ketika masuk ke Jakarta [dan industrinya]:

1. MENTAL
Percayalah, banyak band, musisi atau mimpi anak daerah terjungkal karena tidak punya mental yang siap. Merasa cukup punya nama dan basis komunitas yang ‘fanatik’ di daerah, kemudian merasa yakin bakal bisa menerobos rintangan di Jakarta. Nanti dulu brader! Ketika di daerah menjadi yang “terpuja” Anda masuk ke Jakarta menjadi “bukan siapa-siapa” loh. Dan itu akan jadi persoalan ketika rasa, mental, dan keyakinan kemudian tiba-tiba jadi gugup, nggak pede menghadapi kenyataan yang berbeda. Gelisah dan merasa kalah bersaing untuk mendapat tempat. Ketika perasaan seperti itu sudah muncul, saya berani katakan separoh mental kamu untuk maju, sudah runtuh!

2. KARYA
Bawa karya kalian! Banyak pengalaman mengatakan, ke Jakarta hanya modal dengkul dan semangat. Ketika ditanya karya, merasa bisa melakukannya di Jakarta. Simak baik-baik pengalaman musisi daerah yang saya temuin. Kebetulan dia berasal dari satu daerah di Jawa Timur. Di asalnya sana, namanya juga tenar, band-nya cukup banyak order manggung. Di beberapa festival lokal, mereka kampiunnya. Tapi kebingungan ketika saya tanya, karya apa yang ingin kamu “jual” ke Jakarta? Sama sekali tidak dipersiapkan. Lah? Ini kesalahan fatal. Mau jadi pamer karya, tapi tidak mempersiapkan karya itu sendiri. Mulai detik ini, persiapkan karya kalian yang terbaik!

3. FINANSIAL
Buat kalian yang punya orangtua berani menanggung apapun kebutuhan selama di Jakarta, poin ini tentu tidak jadi masalah. Asumsi-nya adalah, kalian ke Jakarta tanpa bekal financial, hanya cukup untuk makan dan mondar-mandir. Kalau punya kawan yang mau membantu, tentu beda cerita. Tapi ingat, bahwa bantuan dari kawan-pun ada batasnya bukan? Saya ingin katakan, kalian harus berhitung cermat sebelum benar-benar melangkah ke Jakarta. Pertimbangan-pertimbangan ekonomi harus dipersiapkan dengan matang. Bukan berarti kalau kalian siap ke Jakarta dan siap menjadi “gembel” kemudian semua selesai. Meski saya meyakini, setiap keinginan positif kelak pasti akan menemukan titik temu yang positif juga

4. KEMAMPUAN ADAPTASI
Tampaknya sepele, adaptasi. Tapi hal sepele inilah yang sering menimbulkan konflik baik dengan lingkungan sekitar atau kalau band, ya sesama personilnya. Perhatikan baik-baik, kalian masuk ke daerah baru, lingkungan baru, bertemu dengan orang-orang yang baru juga. Ingat tujuan kalian adalah bermusik, jadi lupakan keinginan lain yang tidak ada korelasinya dengan musik. Kalian akan menemui karakter dan budaya yang berbeda. Pembekalan tentang tempat, lingkungan dan dengan siapa kalian akan bekerjasama, jadi amat penting! Banyak band atau musisi daerah yang terlalu euphoria ketika bertemu dengan orang yang mengaku mengerti industry dan bisa membantu. Tanpa banyak cingcong kesempatan itu diambil begitu saja tanpa mempelajari aspek-aspek lain yang berhubungan. Yang sering terjadi, ketika terjadi konflik, tertipu atau bicara soal hak-hak musisi, apa boleh buat, kalian sudah “dikebiri”.

5. FOKUS
Coba tanya lagi pada diri kalian, apa sebenarnya tujuan kalian ke Jakarta dan mencoba menembus industry musik-nya? Mengapa ini saya tanyakan, karena menjadi focus itu ternyata tidak mudah. Bayangkan, kalian menginjakkan kaki di Jakarta dengan semua impian yang dibayangkan. Ketika akhirnya di Jakarta, ada sejuta “godaan” yang bisa mengubah focus kalian untuk jadi musisi. Di daerah mungkin itu godaan itu juga ada, tapi di Jakarta, godaan itu tidak hanya jadi godaan semata, bisa jadi “parasit” yang menempel dan akhirnya benar-benar merusak. Fokus pada tujuan awal menjadi amat penting. Ingin menjadi musisi dan masuk industry, ya itulah yang harus kalian kejar! Belajar dari pengalaman band sukses, focus, kreatif dan cerdas menciptakan peluang untuk berhasil, menjadi nilai tambah mereka. Bisakah kalian belajar itu?

6. JANGAN SOK
Benar, kalian punya skill dan kemampuan bermusik yang hebat. Benar, kalian punya talenta mencipta lagu yang dahsyat. Benar, kalian punya karakter band yang asik dan unik. Tapi catat, JANGAN SOK! Ingat saja dengan pepatah, di atas langit masih ada langit! Ketika memutuskan musisi, yang perlu kalian catat adalah kalian adalah ‘pembelajar’ seumur hidup. Belajar membuat lagu yang bagus, belajar aransemen yang pas, belajar bermusik yang benar. Belajar mempunyai attitude yang menyenangkan. Belajar untuk saling respek sesama musisi, bahkan kepada mereka yang dianggap tidak punya skill cukup. Bukan contoh yang baik, sesame musisi saling menghujat dan meremehkan. Saya selalu menyarankan, janngan mencari nama untuk popular dengan menghujat musisi lain. Saya tidak peduli itu settingan, bohong-bohongan, atau manajemen isu untuk mendongkrak kalian. Saya yakin, respek itu akan muncul kalau karya kalian memang bagus dan pantas di apresiasi.

Kalau dijabarkan, mungkin bisa lebih banyak dari hal di atas. Tapi seperti saya bilang sebelumnya, itu adalah benang merah dari apa yang kerap band daerah keluhkan dan tanyakan kepada saya. Tidak ada yang tidak mungkin, selama masih berada di jalur yang benar. Teknologi makin memudahkan untuk menjadi musisi, tapi saya ingin katakan, teknologi tidak bisa mengubah attitude dan keberuntungan. Kemampuan mengeksplorasi diri, kemampuan memperkaya diri dengan wawasan dan pengetahuan, akan sangat membantu kalian untuk maju.
sumber

Tidak ada komentar: